Sabtu, 03 Mei 2014

Fakta Nuklir Iran: untuk Senjata atau Damai

Pada tanggal 30 Agustus, inspektur PBB melaporkan bahwa Iran telah mengambil upaya-upaya baru untuk memproduksi uranium yang diperkaya. Iran menambah dua kali lipat jumlah sentrifugal untuk memperkaya uranium di kompleks bawah tanah Ford. Dalam laporan triwulanan, IAEA mengatakan bahwa Iran memiliki 2.140 sentrifugal, dan sejak tahun 2010 Iran telah menghasilkan hampir 190 kilogram uranium yang sudah diperkaya.

Masyarakat dunia telah lama mengikuti perkembangan program nuklir Iran, takut bahwa nantinya Republik Islam ini akan membuat bom nuklir. Sejauh mana kecurigaan dan kekhawatiran ini dibenarkan?

Iran telah mengembangkan nuklir selama lebih dari 40 tahun, sejak tahun 1967, ketika Shah Iran, Mohammad Reza Pahlavi, menerima reaktor nuklir dari AS yaitu reaktor dengan kekuatan lima megawatt. Perancis dan Jerman juga memberikan bantuan teknologi nuklir kepada negara Iran.

Pada tahun 1974, Iran mengakuisisi empat reaktor nuklir dari Perancis dan Jerman. Jerman juga mulai membantu produksi dua unit pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr. Iran, dengan bantuan China, juga mendirikan pusat pelatihan dan penelitian dan pertambangan bijih uranium lanjutan. Pada tahun 1992, Iran menandatangani perjanjian kerjasama dalam penggunaan energi nuklir damai dengan Rusia. Pada tahun 1995, Rusia menandatangani kesepakatan dengan Iran untuk menyelesaikan pembangunan unit pertama pembangkit nuklir Bushehr. Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr dimulai pada tahun 1998.

Ahmadinejad
Ahmadinejad, sentrifugal fasilitas nuklir Iran
[Foto:thetemplateoftime]

Pada awal milenium baru, Amerika Serikat menjadi khawatir dengan perkembangan kegiatan nuklir Iran. Pada tahun 2002, George W. Bush menyebut Iran sebagai "poros kejahatan," - yaitu negara-negara yang mensponsori kelompok teroris dan mengembangkan senjata pemusnah massal dengan maksud untuk meneruskannya kepada teroris.

Selain Iran, yang terkenal "poros kejahatan," menurut presiden Amerika saat itu, juga termasuk Irak dan Korea Utara. Amerika Serikat lalu mencoba untuk mengisolasi Iran dari dunia luar guna mencegah munculnya senjata nuklir dari sana. Namun tidak mudah, Amerika Serikat menemukan penentangan dari Rusia, Inggris, Jerman dan Perancis pada saat ini. Negara-negara ini sebelumnya menandatangani perjanjian dengan Iran untuk penyediaan berbagai jenis peralatan militer dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr.

Pada akhir 2003, sebuah kesepakatan dicapai, yang mengizinkan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) memeriksa fasilitas nuklir di Iran. Parlemen Iran tidak meratifikasi perjanjian tersebut, sehingga Iran sering menolak untuk mengizinkan perwakilan internasional berada di fasilitas nuklirnya.

Pada tahun 2004, situasi semakin buruk karena Pakistan mengumumkan untuk mentransfer teknologi pengayaan uranium ke Iran. Iran tetap menolak pengamat internasional untuk mengawasi beberapa fasilitas nuklirnya. Setelah itu, dengan bantuan dari Rusia, Inggris dan Prancis, Iran menandatangani perjanjian di mana Iran berjanji untuk menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai saja.

Rudal Shahab
Uji coba Rudal Shahab Iran, jangkauan 2000km
[Foto:FARS]

Pada tahun 2005, dengan kedatangan Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan di Iran, penelitian nuklir pun diintensifkan. Negara ini melanjutkan penelitian ini dari pusat penelitian di Isfahan. Di informasikan kepada dunia, Iran melanjutkan penggunaan teknologi nuklir tersebut untuk tujuan damai di bawah Perjanjian Non-Proliferasi.

Pada tahun 2009, Iran meluncurkan satelit ke orbit ruang angkasa. Amerika Serikat dan trio Eropa, yang mencakup Rusia, Prancis dan Inggris, sekali lagi menyatakan kekhawatiran mereka tentang teknologi nuklir Iran dan kemungkinan digunakan untuk militer. Iran, sementara itu, melanjutkan uji coba rudalnya, dan mengumumkan pembangunan pabrik pengayaan uranium kedua. Pada bulan Agustus 2010, Iran memulai pengayaan 20 persen uranium di pabrik di wilayah Natanz.

Pada tanggal 1 Januari 2011, menurut Institut Sains dan Keamanan Internasional, Iran memiliki 4,922 kilogram uranium hexafluoride rendah yang sudah diperkaya. Setelah diperkaya dengan uranium weapon-grade, jumlah ini mungkin cukup untuk empat hulu ledak nuklir. Pada tahun yang sama, IAEA mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir.

Ketegangan mengenai program nuklir Republik Islam Iran tidak berkurang. Dengan demikian, pada Februari 2012, Iran dilaporkan telah sukses dalam mengembangkan program nuklir. Menanggapi hal ini, beberapa negara menyerukan sanksi lebih keras terhadap Teheran. Pada bulan Maret, Israel mulai membahas kemungkinan serangan rudal Iran. Menurut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, program nuklir Iran mengancam keamanan wilayah Israel dan global.

Natanz
Foto satelit fasilitas nuklir Iran Natanz

Pada bulan Mei 2012, Korea Selatan, AS dan Jepang menambah tekanan terhadap Iran dan Korea Utara, yang juga dicurigai mengembangkan senjata nuklir rahasia. Para pejabat Rusia mengatakan bahwa Rusia tidak akan mengizinkan solusi militer mengenai masalah nuklir Iran.

Situasi pada program nuklir Iran telah semakin panas. Namun, apakah kekhawatiran masyarakat internasional mengenai kemungkinan Iran menggunakan nuklirnya untuk militer benar?

Israel sebagai sebuah negara di dekat Iran menunjukkan kekhawatiran terbesar tentang program nuklir Teheran. Ahmadinejad pun mengancam untuk menghapus Israel dari muka bumi. Publikasi Israel The Jerusalem Post pada Februari 2012 mengutip kepala intelijen militer Israel, Aviv Kohavi, yang mengatakan bahwa Iran memiliki jumlah uranium diperkaya yang cukup untuk membuat empat bom nuklir. Menurutnya, untuk membuat senjata nuklir, Iran harus mendapat restu dari pemimpin agama tertinggi Iran, Ali Khamenei. Pejabat Iran, bagaimanapun, telah berulang kali menyatakan bahwa kegiatan nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai. Namun Kohavi meragukan hal tersebut, ia menuduh Teheran ingin mendominasi wilayah tersebut.

Mungkin, kata-kata Kohavi masuk logika. Menurut dia, Iran memiliki 200.000 rudal yang ditujukan pada Israel.

Pada akhir Agustus 2012, Presiden Prancis Francois Hollande juga mengatakan bahwa program nuklir Teheran menimbulkan bahaya nyata bagi wilayah tersebut. Hollande pun menyerukan Iran untuk mematuhi ketetapan internasional.

Saat ini terdapat sanksi internasional yang diberlakukan terhadap Iran. Sanksi itu dimotori oleh AS, Uni Eropa, Jepang, Kanada dan Australia. Sanksi-sanksi tersebut, menurut Kepala Staf IDF Benny Gantz, sudah membuahkan hasil. Gantz meyakini bahwa Iran belum sampai pada keputusan akhir apakah negara itu perlu memiliki bom nuklir. Para pejabat Israel berharap bahwa orang-orang rasional dalam pemerintahan Republik Islam tidak akan membiarkan hal ini terjadi.

Sementara itu, negara-negara Barat meyakini bahwa Iran diam-diam berusaha dalam pengembangan nuklir militer. Para pemimpin Iran membantahnya, dan Mahmoud Ahmadinejad mengatakan kembali perkataannya pada tahun 2009 bahwa Iran tidak membutuhkan senjata nuklir. Namun, kata-katanya tidak meyakinkan bagi negara-negara Barat dan Israel, yang mungkin menjadi yang pertama untuk mengalami semua kemungkinan konsekuensi dari teknologi militer nuklir Iran.

Bushehr
Fasilias nuklir Iran Bushehr
[Foto:Digital Globe]

Pada tanggal 24 Agustus, negosiasi dilakukan di Wina antara IAEA dan Iran, yang berakhir tanpa hasil yang nyata. Deputi Direktur Jenderal IAEA Herman Nackaerts mencatat bahwa kedua belah pihak memiliki banyak kendala untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada 30 Agustus dalam sebuah wawancara dengan Sky News Arabia bahwa dunia tidak boleh mementingkan begitu banyak masalah program nuklir Iran. Masalahnya, Lavrov mengatakan, ini tidak lebih serius dari masalah wilayah lain seperti masalah konflik Palestina-Israel, misalnya. Lavrov juga menghimbau bahwa melakukan dialog dan negosiasi dengan Iran adalah cara yang terbaik untuk mencapai kata sepakat.

Kembali pada Mei 2012, kepala Organisasi Energi Atom Iran Fereydoun Abbasi-Davani mengatakan bahwa Iran akan terus memperkaya uranium dalam jumlah yang cukup untuk Republik Islam, meskipun mendpatkan protes dari kalangan internasional. Tampaknya "kecepatan kerja" Iran ini memang terjadi. Ketika ahli dari IAEA menemukan uranium yang diperkaya sampai 27 persen di salah satu fasilitas nuklir Iran, yang bertentangan dengan statement pejabat Iran yang berjanji tidak akan melampaui batas pengayaan uranium 20 persen.

Pada bulan Juli 2012, menurut Interfax, Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa tingkat pengayaan uranium untuk reaktor nuklir akan mencapai 56 persen jika masyarakat internasional terus menekan Iran.

Dengan demikian, data dari IAEA dan intelijen militer Israel menyatakan bahwa Iran, memiliki jumlah uranium untuk membuat bom nuklir. Kuantitas serta kualitas nuklir Iran semakin tumbuh. Kemungkinan besar, negara ini di ambang mengembangkan senjata nuklir. Namun, masih belum jelas apakah pemimpin Iran telah membuat keputusan akhir tentang penciptaan bom nuklir.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate